Budidaya labu butternut squash tidak sulit. Hal awal yang perlu dilakukan adalah membuat tiang, ajir, dan para-para untuk merambatkan sulur serta penopang buah labu. Tiang, ajir, dan para-para dibikin memakai bambu setinggi 2 meter.
Sebab tiang bambu bakal menyangga beban cukup berat ketika tanaman berbuah, ia perlu benamkan hingga sedalam 0,5 m. “Satu tanaman bisa berproduksi 3-5 buah dengan bobot 1-3 kg,” ujar Ahmad Fahrizal, pekebun di Cianjur, Jawa Barat.
Selanjutnya, membuat bedengan. Bedengan dibuat selebar 1 meter dengan tinggi 15-20 cm. Jarak antarbedeng sekitar 2-4 meter dan antartanaman dalam bedengan 1 meter.
Berikutnya melakukan pemupukan. Pupuk dasar yang dipakai adalah 15-18 ton/ha pupuk kandang untuk populasi 4.000 tanaman. Pupuk lainnya adalah 350-400 kg/ha pupuk majemuk NPK. Campurkan seluruh pupuk dengan tanah di bedengan, lantas biarkan selama 3-5 hari.
Sebelumnya lakukan pengecekan pH tanah. Bila pH tanah rendah, segera berikan 200-250 kg/ha kapur dolomit. Pemberian kapur dilakukan 4-5 hari sebelum bibit semai ditanam. Bibit semai yang dipindahkan ke lahan minimal harus memiliki 3-4 daun atau sekitar 15-20 hari semai.
Semprotkan pula pupuk organik pada bedengan dengan dosis 4-6 liter/ha, sebelum bedengan kemudian ditutup mulsa hitam perak. Pemakaian mulsa penting untuk mencegah kehadiran gulma serta menjaga kelembapan tanah.
Untuk pengendalian penyakit, terutama serangan penyakit layu fusarium, pakai pestisida berbahan aktif abamectin sesuai dosis.
Pun mengatasi hama memakai insektisida berbahan aktif aktif mankozeb. Serangan lalat buah dapat dicegah dengan pembungkusan buah atau menggunakan perangkap petrogenol.
Panen dapat dilakukan setelah 90-100 hari budidaya. Buah yang siap petik, tangkai buah tampak berubah warna dari hijau mendekati kecokelatan. Warna buah sudah cokelat muda mengkilap. Proses akhir yang dilakukan adalah sortasi bobot sebelum buah labu tersebut dibungkus memakai kertas cokelat dan siap dikirim ke pelanggan.