Komposisi media tepat pada budidaya sayuran memakai kantong tanam perlu dicermati oleh pehobi supaya pertumbuhan dan perkembangan tanaman baik.
Sejatinya, komposisi media tanam tersebut tidak jauh berbeda seperti dilakukan pada budidaya sayuran di lahan sempit memakai polibag atau pot.
Syarief Wijaya, pehobi di Kalimalang, Jakarta Timur, menuturkan pemakaian media tanam yang bersifat menyimpan air lebih banyak, dapat memicu sistem perakaran membusuk. Namun bisa juga pemilihan media tanam tidak pas menyebabkan media sulit menahan air. “Media mudah mengering dan membuat tanaman mudah mati,” ujar Syarief.
Idealnya, media tanam harus memiliki beberapa kriteria seperti mampu mengikat air dan menyuplai unsur hara, porous sehingga mampu mengontrol kelebihan air serta menjamin sirkulasi baik, serta dapat mempertahankan kelembapan pada sistem perakaran. Media tanam tidak boleh lekas lapuk, bahkan rapuh.
 Bahan organik seperti arang sekam, cocopeat alias serbuk kelapa, hingga humus daun bambu dapat menjadi pilihan.
Bahan organik seperti arang sekam, cocopeat alias serbuk kelapa, hingga humus daun bambu dapat menjadi pilihan.
Arang sekam bersifat porous dan sulit menggumpal atau memadat sehingga akar tanaman tumbuh baik.
Cocopeat mampu menyerap air tinggi hingga 8 kali bobot kering serta mengandung hara penting seperti kalsium dan magnesium. Humus bambu? media ini memiliki daya tukar ion tinggi sehingga dapat menyimpan unsur hara.
Syarief yang berkebun memakai kantong tanam menjelaskan, ia memakai komposisi media tanam yang terdiri dari kompos, arang sekam, cocopeat, dan humus bambu plus pupuk kandang ayam. Perbandingan komposisi media itu adalah 2:1:0,5:0,5:0,5.
Volume media pada kantong tanam? Cukup separuh hingga tiga perempat dari tinggi kantong tanam. “Bayam merah, caisim, dan bawang daun, tumbuh subur,” ujar ayah 1 anak itu yang juga memberikan satu sendok makan pupuk majemuk NPK 15:15:15, satu kali selama budidaya untuk dan memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman.


