Dua pot caladium alias keladi milik Trisnawati itu, satu per satu daunnya menguning, mengering, lantas gugur. Pehobi di Bandung, Jawa Barat itu hanya menyiram koleksi caladium itu 2-3 kali setiap pekan. Padahal, anggota famili Araceae tersebut merupakan tanaman yang senang air.
Caladium berumbi itu butuh air untuk pertumbuhan vegetatif agar tidak mengalami dorman alias masa tidur panjang. Sebab itu, caladium butuh kelembapan udara di atas 70%, juga kondisi media lembap. Ciri media lembap terasa basah jika tangan dimasukkan, tapi air tidak sampai menggenang.
1. Pilih media yang bisa menahan banyak air seperti cocopeat atau kompos yang dicampur dengan arang sekam, 1:1. Cocopeat sanggup menyimpan air 50-75% dari volume, tapi lama penyimpanan tergantung cuaca.
Pada musim kering cocopeat mampu menyimpan air 1-3 hari, sedangkan musim hujan 4-7 hari. Kompos dapat menyimpan air 50% dari volume dan bertahan selama 2-3 hari.
2. Media humus andam dapat menjadi pilihan. Daya simpan air humus cukup tinggi, 80-90% dari volume. Media campuran dapat dipakai asalkan mampu menahan air.
Campuran media itu terdiri dari cocopeat, sekam bakar, pakis, dan pupuk kandang. Selain mampu menyimpan air, campuran media tanam seperti itu bersifat gembur sehingga memacu pertumbuhan vegetatif caladium.
3. Pada musim kemarau, kelembapan berkurang dan matahari bersinar terang sehingga air di udara menguap. Untuk menjaga kelembapan udara di atas 70%, frekuensi penyiraman perlu lebih sering. Lakukan penyiraman 3-4 kali per hari, tapi pada musim hujan cukup 2 kali per hari. Cara lain, meletakkan alas berisi air di bawah pot.
4. Kekurangan hara menyebabkan caladium mengalami dorman. Berikan pupuk berkadar nitrogen (N) tinggi. Unsur nitrogen memacu pertumbuhan vegetatif. Jenis pupuk yang dapat dipakai antara lain Growmore, Hyponex, Dekastar, atau Osmokot.
Kebutuhan hara dapat diperoleh dari bahan organik seperti humus andam yang juga mengandung unsur kalsium, kalium, dan magnesium.
