Setiap tahun konsumsi minyak asiri alias minyak terbang dunia beserta turunannya naik sekitar 8-10%. Itu tak hanya terjadi di Indonesia, salah satu sumber minyak asiri dunia, tapi berlaku pula di negara produsen lain seperti India, Thailand, dan Haiti.
Pemicu kenaikan tersebut antara lain meningkatnya kebutuhan minyak asiri untuk industri seperti parfum, kosmetik, dan kesehatan. Selain itu, perubahan gaya hidup dengan mengonsumsi bahan alami dari sebelumnya bahan mengandung senyawa sintetik, ikut mendongkrak permintaan minyak asiri.
Sejauh ini, pengolahan minyak asiri dinilai sebagai sebuah industri strategis. Itu tak lepas dari fakta bahwa produk minyak asiri belum bisa tergantikan oleh bahan sintetis.
Manusia sejak lama mengenal bau harum asal tanaman. Konon, Bangsa Romawi dan Mesir kuno yang pertamakali memakai aroma harum tanaman seperti lavender dan melati untuk berbagai keperluan seperti mandi, membalur tubuh, hingga pijat. Para ahli Bangsa Romawi itu menciptakan semacam cairan harum dari tanaman. Cairan tersebut sangat cepat menstimulus susunan saraf pusat sehingga membuat nyaman pemakainya.
Di Bumi Pertiwi, tanaman berbau harum itu juga disukai, bahkan sudah dimanfaatkan sejak zaman kerajaan di Nusantara. Seperti Bangsa Romawi, aroma harum minyak asiri tersebut lebih banyak dipakai kaum Hawa untuk keperluan mandi serta membalur tubuh.
Di keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Yogyakarta, misalnya terdapat taman yang wangi, yakni Tamansari. Di sekeliling kompleks Tamansari tersebut dipenuhi pohon kenanga Cananga odoratum. Bunga-bunga kenanga harum itu yang biasa ditaruh di atas permukaan air kolam saat putri keraton mandi.
Tanaman berbau harum (ekstraknya disebut minyak asiri) itu mulai diteliti oleh sejumlah ahli. Sekitar 5 abad lalu, pembaharu bidang kedokteran asal Swiss, Paracelcus von Hohenheim (1493-1571) tidak menduga jika hipotesisnya menjadi kunci perkembangan minyak asiri dunia.
Paracelsus merinci bahan hasil penyulingan untuk produksi ekstrak quinta essentia. Ekstrak itu lantas ditabalkan sebagai inti obat. Seperti inti obat itu, minyak asiri diperoleh melalui ekstraksi.
Minyak asiri kian sohor sejak abad ke-16. Pada saat itu, segelintir industri penyulingan di Perancis mampu memproduksi minyak asiri bunga lavender Lavandula angustifolia. Minyak lavender itu dikemas dalam botol-botol kecil dan dijual dengan harga mahal. Bau lavender disukai karena bisa meningkatkan gairah seksual kaum Adam.
Walter Reiff, dokter di Strassburg, Austria mengungkapkan, selain minyak lavender, sejumlah industri di Eropa ketika itu memproduksi minyak asiri lain berharga tinggi seperti minyak cengkih Syzygium aromaticum dan minyak pala Myristica fragan.