Di tangan si empunya, beragam buah dan sayuran seperti pepaya, buah gelugur, wortel, cabai, nanas, tomat, bahkan kolang kaling hingga kulit semangka itu, diolah menjadi manisan dalam berbagai variasi.
Si empunya membuat manisan buah dan sayuran itu dengan mencampurkan memakai gula yang telah dipanaskan. “Bisa juga memasukan ke dalam manisan yang sudah jadi, lantas memeram buah dan sayuran itu selama beberapa hari,” ujar Ani Syafii, pedagang halua di ibukota Kabupaten Langkat, Stabat.
Itu halua, manisan khas Masyarakat Melayu di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Halua yang sejak lama selalu menjadi hidang wajib bagi para tamu, terutama pada saat lebaran dan acara pernikahan itu menjadi ciri khas dari Masyarakat Melayu.
Jenis halua yang disajikan mengacu pada komoditas yang dipakai. Ada halua merengat yang berbahan dasar kolang kaling, halua gelugur (buah gelugur), halua lada merah dan hijau (cabai merah dan cabai hijau), dan halua betik (buah dan daun pepaya).
Bila tak mau repot membuat, silakan membeli pada penjaja halua. Ani Syafii menuturkan menjelang lebaran dapat membuat hingga 200 kg halua dari berbagai komoditas buah dan sayuran.
Harga jual halua itu bervariasi dari Rp70.000-Rp100.000/kg. Dari keseluruhan jenis manisan itu, Ani mengatakan halua lada merah alias cabai merah paling diminati. “Pembelinya tidak hanya dari Langkat, tapi juga Medan,” kata ibu 2 anak itu.
Secara singkat halua dibuat dengan cara merendam buah dan sayuran di dalam air yang telah diberi kapur sirih selama 3 jam. Khusus buah yang keras seperti paria, misalnya dapat dilemaskan terlebih dahulu dengan cara meremasnya memakai garam, lalu dibilas air bersih.
Bahan yang sudah direndam tadi, lalu dicelupkan ke dalam air mendidih selama 10-15 menit sebelum kemudian ditiriskan. Agar buah dan sayuran terlihat mengkilap dan manis, celupkan ke dalam air gula kental, angkat dan tiriskan semalam. Ulangi keesokan harinya hingga sepekan sampai buah dan sayuran terlihat mengkilap dan siap disajikan.