Adik-adik sahabat bebeja, teman kalian Annisa Dewi di Bandung, Jawa Barat, tak terduga penyuka papeda. Perkenalan dengan papeda itu terjadi ketika Nisa-panggilan akrab- berkunjung ke Jayapura, Papua selama 10 hari pada medio 2017. “Kesan pertama aneh, tapi setelah mencoba beberapa kali malah ketagihan,” ujar gadis 16 tahun itu.
Papeda merupakan makanan asal sagu yang sohor dikonsumsi di Papua dan Maluku. Bubur sagu tawar tersebut mempunyai banyak sebutan, adik-adik. Selain kondang sebagai papeda, di Luwu, Sulawesi Selatan, ia dipanggil sebagai kapurung. Orang melayu di Malaysia menyebutnya linut.
Sagu, bahan utama papeda biasa dijual bentuk tepung atau padat yang dikemas memakai daun pisang. Sagu tersebut berlimpah karbohidrat, tapi gizi lain sedikit. Itu sebab, menyantap papeda mesti bersama kuah ikan yang kaya nutrisi serta menyodorkan citarasa lezat.
Ikan sesuai selera, adik-adik. Bisa tongkol, kakap, kembung, atau tuna. Seperti pengalaman Annisa, bagi orang yang pertamakali mencicipi, tentu papeda asing di lidah: kenyal bak lem serta tawar. Namun jangan tanya bila sudah berpadu dengan kuah ikan. Slurup…slurup!. Cara menyantap papeda yang pas disajikan hangat itu dengan menyeruput tanpa perlu mengunyah. Selamat mencoba ya!