Indonesia merupakan gudang aneka jenis durian, terutama Durio zibethinus yang sebarannya paling luas. Durian dan kerabatnya adalah buah asli Indonesia dan Malaysia yang lantas menyebar ke seluruh daerah tropis di Asia Tenggara hingga ke Karibia dan Amerika Latin.
Salah satu pusat penyebaran durian di Indonesia adalah Pulau Kalimantan. Data Herbarium Bogoriense di Bogor, Jawa Barat, mencatat Pulau Kalimantan memiliki 18 dari 20 jenis durian yang dijumpai di Indonesia. Bahkan 14 jenis durian di Kalimantan merupakan endemik atau hanya tumbuh di pulau itu. Berikut beberapa jenis durian.
A. Durio zibethinus
Durio zibethinus bermakna buah berduri yang berbau. Namun di balik bau tersebut, buah berjuluk King of Fruits itu memiliki daging buah manis, gurih, lezat, lembut serta sedikit pahit (alkoholik) sehingga muncul ungkapan, Tastes Like Heaven But Smells Like Hell.
Warna daging Durio zibethinus beraneka dari putih, krem, dan kuning muda-kuning tua-tembaga-jingga. Populasi zibethinus yang produktif saat ini, sekitar 90% merupakan tumbuhan alam dari biji dengan habitat hutan dan ladang. Sisanya, 10% adalah tanaman hasil perbanyakan vegetatif (klonal) yang dikebunkan. Tumbuhan dari biji memiliki karakter individu saling berbeda sehingga setiap pohon secara teori layak diberikan nama varietas. Hal itu berbeda dari tanaman hasil klonal yang pemberian nama perlu sesuai nama Pohon Induk Tunggal (PIT).
Penamaan varietas sering membingungkan karena di lapangan banyak nama serupa. Contoh durian Tembaga yang dipakai untuk puluhan jenis durian di Indonesia dengan kesamaan: warna daging kuning tembaga dan manis. Padahal tekstur serta kadar air tiap jenis itu dapat berbeda. Sebab itu pada zibethinus, pemberian nama durian bila sama perlu keterangan lain seperti nama lokasi atau pemilik, seperti durian tembaga Balai Karangan, durian tembaga jemain, durian tembaga Sumsel.
Nama umum (generik) sebenarnya nama dagang (bukan nama varietas) untuk melariskan jualan. Contoh durian medan, yang berarti durian yang dijual di Kota Medan. Padahal buahnya dapat berasal dari Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, serta Lampung.
B. Durio testudinarum
Durio testudinarum disebut sebagai durian macan. Ia adalah satu-satunya spesies durian yang buah keluar dari pangkal batang sehingga hewan macan mudah mengonsumsinya. Buah durian yang muncul pada pangkal batang itu seukuran bola takraw. Letak buah yang bertangkai itu sekitar 15-30 cm dari permukaan tanah. Biasanya serasah daun yang menggunduk di sekeliling pangkal pohon menjadi penopang buah durian tersebut.
AJGH Kostermans, ahli botani, pernah menyebutkan testudinarum sebagai durian kakura atau durian kura-kura. Ia menulis dalam buku The Genus of Durio bila testudinarum termasuk spesies durian yang dapat dikonsumsi. Daging buah kuning dengan kulit buah hijau dan berubah kekuningan saat matang. Kostermans menjelaskan durian Kura-kura tersebut pernah dilaporkan sebagai zibethinus karena bentuk dan warna bunga mirip, yakni putih.
C. Durio dulcis & Durio graveolens
Sosok Durio dulcis berbeda dibandingkan lazimnya durian. Kulit durian yang populer disebut lahong itu merah pekat dan berduri panjang. Meskipun berkulit merah, tetapi daging buah durian yang beraroma kuat seperti aroma aseton itu berwarna kuning. Begitu dicicip, rasa daging buah manis, tapi berdaging tipis. Biji berwarna cokelat kehitaman.
Sebab langka, di Banjarbaru, Kalimantan Selatan misalnya, konsumen perlu memesan 2-3 hari terlebih dahulu bila ingin mencicipi. Di Kalimantan, Lahong seringkali tertukar dengan Durio graveolens yang sering disebut durian Merah. Keduanya memiliki ciri khas merah, tetapi merah pada Lahong dijumpai pada kulit buah, sedangkan graveolens pada daging buah.
Warna daging buah merah itu sering menarik perhatian burung, terutama rangkong untuk menyantap. Itu sebab di Malaysia, graveolens akrab dipanggil durian burung. Orang Dayak Kenyah menyebut durian Anggang (sebutan burung rangkong). Warna kulit graveolens kuning dan berduri panjang. Daging buah tipis dan relatif tanpa aroma. Rasanya kalah manis dibandingkan lahong.
AJGH Kostermans, ahli botani menjelaskan perbedaan keduanya juga terlihat saat buah matang. Buah graveolens terbuka saat masih menempel di cabang, sedangkan dulcis matang di pohon dengan kondisi buah belum terbuka.
D. Durio lowianus
Sosok Durio lowianus berwarna hijau terang dengan aroma seperti benda hangus terbakar. Lowianus termasuk spesies durian yang dapat dikonsumsi. Tanaman anggota famili Bombaceae itu tergolong langka dan endemik seperti durian kura-kura dan Durio grandiflorus.
AJGH Kostermans dalam buku Reinwardtia mengungkapkan bila lowianus bersinonim dengan Durio zibethinus var. roseiflorus. Sebab itu beberapa pakar durian menganggap lowianus hanya varian dari zibethinus. Perbedaan yang dijumpai terlihat dari bunga yang merah seperti mawar, sedangkan bunga zibethinus putih atau kekuningan. Buah buah lowianus mirip zibethinus, tapi bobotnya lebih kecil dan berduri lebih panjang dan ramping. Aroma lowianus tidak sedap, tetapi daging buah yang krem, tipis, dan kering itu lezat: manis seperti karamel.
E. Durio oxleyanus
Buah Durio oxyleanus mungil seukuran bola sepak takraw, berwarna hijau dan berduri panjang. Durian itu lebih dikenal sebagai Kerantungan di Kalimantan. Kerantungan sulit dibelah sehingga warga Suku Dayak memakai parang untuk membelah taitungen-sebutan lain oxleyanus-tanpa mengikuti alur juring buah.
Hanya sedikit Kerantungan yang dapat dibelah mengikuti jalur, mencongkel dari ujung dan buah terbelah. Satu juring berisi 1-2 pongge dengan ukuran biji sedang. Hanya oxleyanus segar yang sulit dibelah. Jika sudah matang sempurna buah mudah dibelah. Buah perlu diperam 1-2 hari sebelum dikonsumsi karena buah matang dari pohon yang berproduksi hingga 400 buah per musim pada umur 7 tahun itu, sebenarnya belum layak konsumsi.