Saat mulai beternak madu klanceng, peternak dapat menggunakan bahan sederhana seperti kayu, bambu, bahkan tempurung kelapa. Yang terpenting, bahan sarang itu dapat tertutup rapat sehingga lebah trigona nyaman tinggal.

Di Nusa Tenggara Timur (NTT), memanfaatkan potongan bambu dan di Pandeglang (Jawa Barat), trigona dipelihara di kotak kayu dan buah kelapa.
Peternak di mancanegara yang membudidayakan lebah trigona seperti di Filipina berlaku serupa. Di sana peternak memanfaatkan tempurung kelapa yang diikat menjadi kesatuan memakai tali. Lain lagi dengan peternak di Meksiko, memanfaatkan pot tanah yang digabungkan kedua mulut potnya.

Metode itu merupakan modifikasi dari pengembangan sarang buatan yang sudah ada. Pembuatan topping bertujuan untuk mempermudah panen. Topping ibarat kotak multiguna, yang dirancang untuk berbagai fungsi dan berkaitan dengan fisiologi lebah.
Tanpa topping, peternak harus membelah log ketika panen dan menggantinya dengan log baru. Topping dilakukan dengan menempatkan kotak kayu di atas log sebagai ruang buatan untuk menyimpan sarang madu.
Bahan topping sederhana, terbuat dari kayu atau tripleks yang dibentuk menjadi kotak berukuran 30 cm x 40 cm x 5 cm. Nantinya panen madu cukup dilakukan dengan membuka penutup kotak topping.













