Asep di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat sudah 5 tahun menanam varietas padi Ciherang. “Padi ini cocok untuk sawah irigasi,” ujar pria 54 tahun itu. Setiap kali bercocok tanam, Asep membenamkan 3 bibit padi (Oryza sativa) pada setiap lubang tanam. Dengan cara itu, kakek 2 cucu tersebut memanen 6-7 ton/ha.
Sejumlah riset memakai 1, 3, 5, 7 hingga 9 bibit per lubang tanam menyodorkan hasil berbeda. Bila 1 lubang dan 1 bibit, bisa diperoleh hasil gabah hingga 5,45 ton/ha. Itu penelitian Atman dan rekan pada 2006 dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat, ketika melihat pengaruh jumlah bibit terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah varietas batang lembah.
Riset Wayan Wangiyana dan rekan dari Universitas Mataram pada 2009, tertuang di Jurnal Crop Agro Volume 2 No 1, mendapati lubang tanam dengan 3 bibit memberikan hasil lebih produktif dari perlakuan lain. Pemakaian 3 bibit itu cenderung memunculkan pertumbuhan vegetatif lebih baik seperti jumlah daun dan anakan, serta bobot kering jerami tinggi daripada jumlah bibit 1 dan 2 per lubang tanam.
Penelitian I Nyoman Arnama dari Program Studi Agroteknologi, Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin pada 2018, memperlihatkan penanaman dengan 6 bibit mampu memberi hasil terbaik, sebesar 8,14 ton/ha. Riset itu dilakukan di Desa Sidomakmur, Kecamatan Tana Lili, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan.
Yang menarik, penanaman bibit terlalu padat sehingga tanaman padi rimbun, memicu sejumlah masalah seperti pengisian bulir tak sempurna sehingga banyak bulir hampa dan boros biaya produksi bibit. Jadi silakan pilih, pakai 1, 3, atau 6 bibit.